Lulus sekolah menengah ke atas ada banyak
pilihan bagi para siswa-siswi dalam meregut masa depan sebelum menginjak masa
dewasa. Melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, mencari pekerjaan,
membangun keluarga baru, menjadi guru dan menjadi karyawan di beberapa koperasi
dan pertokoan bahkan parahnya lagi menjadi pengangguran tanpa mempunyai
aktivitas yang jelas dan aktif nongkrong di pinggir jalan. Sebaiknya masa
remaja itu digunakan dengan banyak belajar, mengejar pendidikan yang tinggi,
merebut prestasi-prestasi yang membawa sukses di kemudian hari. Jangan
terburu-buru kawin dini, karena masa perjodohan belum saatnya bagi para
generasi bangsa. Di masa kini remaja mulai ada perkembangan dan kesadaran
terhadap pentingnya pendidikan. Sebagian besar melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi sehingga setiap tahunnya calon mahasiswa baru semakin
bertambah. Tidak hanya itu perkawinan dini terus menerus berjalan sesaui adat
yang berlaku di daerahnya masing-masing, kadang pula karena kemauan orang tua,
kadang pula antara ke dua jenis sama-sama setuju dalam membangun keluarga
barau. Selain itu para remaja yang lulus sekolah putus pendidikan karena tidak
adanya uang untuk biaya kuliah, padahal tidak adanya uang bukan alasan tidak
melanjutkan pendidikan karena sudah banyak terbukti mahasiswa berbekal
kemampuan dan keterampilan sehingga ia berhasil menyelesaikan pendidikannya
dengan nilai yang memuaskan.
Lantas bagaimana kalau kuliah sambil bekerja.
Apakah akan menggangu terhadap kegiatan kuliah dan tugas-tugas yang diberikan
oleh dosen. Tentu masalah ini tergantung pada dirinya sendiri dalam mengatur
waktu antara jam kuliah dan jam kerja serta jam belajar. Kuliah sambil bekerja
itu merupakan aktivitas yang sangat bagus sekali dalam mengisi kekosongan waktu
jam kuliah. Kuliah mendapatkan ilmu pengetahuan serta wawasan yang luas dan
bekerja akan mendapatkan uang sekaligus mengiringi karir langkah perjalanan
menjadi mahasiswa sebelum profesi mengejarnya. Profesi akan disesuaikan dengan
ilmu pengetahuan yang dimliki, apabila ilmunya luar biasa maka karirnya juga
luar biasa, apabila ilmu pengetahuannya rendah maka karirnya juga rendah. Sering sekali ada bantahan, karir itu bukan
diukur oleh ilmunya yang luas dan perguruan yang tinggi. Banyak di ujung
sana-sini lusan SD dapat karir yang serata dengan sarjana, bahkan sebaliknya
sarjana sibuk mencari karirnya ke sana sini.
Di era persaingan yang sangat ketat ini dengan
banyaknya generasi yang multi fungsi dan sedikitnya lahan pekerjaan untuk
kalangan sarjana, kita harus lebih hebat dari pada meraka dalam ilmu
pengetahuan, wawasan, profesi dan lain sebagainya. Jika kita hanya mengandalkan
kuliah tanpa sambil lalu melakukan aktivitas sampingan akan berdampak buruk di kemudian hari.
Menimalnya ikut organisasi kampus dan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh
dosen dengan baik sehingga hasilnya nanti dapat membawa diri kita menjadi orang
yang multi fungsi. Jangan menitipkan tugas kepada teman-temanya walaupun
seorang teman tidak menuntut untukbekerja sama dalam menyelesaikan tugas
makalah. Apalagi tidak pernah membaca buku mata kuliah bahkan semuanya
bergantung pada teman-temannya tidak mau berusaha sendiri, walaupun nanti
sarjana tidak akan sesuai dengan harapan karena sudah tidak mempunyai ilmu
pengethaun yang sudah diberikan oleh dosen pengampu. Kesusksesan akan didapat
oleh orang yang berproses sungguh-sungguh dan itupun harus melakuakan banyak
perjuangan dalam menyelesaikan satu tugas dengan tugas yang lain. Walaupun
mulai dari sekarang tidak tentu nanti mau jadi apa yang penting kita berproses
sesuia keinginan. Barangkali nanti akan menjadi orang sukses sesuai keinginan.
Banyak Mahasiswa sukses sebelum menjadi
sarjana, baik mereka sukses sebagai pembisnis, penulis artikel, menjadi guru,
pegawai, menbangun usaha sendiri dan lain sebagainya. Jika menunggu waktu
sarjana untuk mencari profesi tanpa melakukan kegiatan-kegiatan sebelumnya akan
berdampak buruk keterlambatan profesi. Kalau sesudah kuliah langsung
mendapatkan pekerjaan sungguh sangat bagus sekali, namun apabila sesudah
menjadi sarjana tidak langsung mendapatkan pekerjaan sangat memperhatinkan
sehingga harus ke sana sini mencari pekerjaan. Capek sekali jika harus ke sana sini mencari
pekerjaan membawa berkas ke perusahaan, lembaga-lembaga pendidkan itupun belum
tentu diterima, kalau langsung diterima ya kita harus banyak bersyukur jika
tidak maka jangan putus asa, karena putus asa itu akan mengakibatkan musibah
besar dalam mengharapkan karir sesuai jurusan yang dipilih. Walaupun tidak
sesuai dengan jurusan yang dipilih maka tetap disyukuri barang kali di kemudian
hari berujung pada jurusan yang dipilih. Mencari profesi pekerjaan sama dengan
proses masuk kuliah, melengkapi segala kebutuhan baik mulai dari berkas, kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki. Kalau bukan hasil dari kegiatan waktu kuliah kemampuan
apa yang akan diandalkan, belajar tidak mau belajar, berusaha tidak mau
berusaha, maunya hanya bersenang-senang saja ke sana ke sini dengan gaya
kerennya.
Jadi sebelum sarjana mulailah bekerja. Baik
itu pekerjaan yang kecil seperti halnya menjual pulsa, menerima jasa pengetikan
makalah, menjadi guru private, menulis artikel, menjadi karyawan toko , menjadi
fotografer, bengkel sepeda motor bahkan menembel ban sekalipun menjadi pekerjaan
sampingan. Rasa gengsi itu jangan dibairkan mendekam dalam jiwa sebelum menjadi sarjana. Takutnya nanti
ketika sudah lulus kuliah tidak langsung mendapatkan pekerjaan sesuai jurusan
yang dipilih. Kembangkan kemampuan yang dimiliki, jangan dibiarkan menganggur
sampau puluhan tahun bahkan tidak dipakai sama sekali. Tidak menggunakan ilmu
pengetahuan yang dimiliki sama halnya pohon tidak berbuah.
Kisah inspiratif untuk kita semua dalam
berjuang di pendidikan, Supadiyanto merupakan mahasiswa sukses dengan ekonomi yang sangat minim, dalam
bukunya Berburu Honor dengan Artikel menceritakan ia menyelesaikan pendidikannya
di Universitas Negeri Yogyakarta dan UIN Sunan Kalijaga dengan hasil
keringatnya sendiri sebagai penulis artikel dan pewarta. Dari hasil menulis ia
berhasil menyelesaikan pendidikannya sampai semua kebutuhan hidupnya terpenuhi
termasuk kebutuhan perkawinannya.
Penulis : Moh Khozah
Penulis : Moh Khozah
Bagikan Artikel Ini;
0 komentar:
Post a Comment